Kamis Kliwon 5 September 2024 M / 1 Robiul Awal 1446 H, Pelajar Kelas IV MI Walisongo Sumberarum mengunjungi pembuatan Lentheng di Dusun Gunung Bakal Desa Sumberarum Kecamatan Tempuran Kabupaten Magelang. Kunjungan ini dipimpin langsung oleh Kepala Madrasah Bapak Nur Muhamad A.M, M.Pd dan didampingi Walikelas IV Ibu Laila Fatkhul Hidayah, S.Pd. Sebelum menuju ke Dusun Gunungbakal, para pelajar terlebih dahulu melaksanakan pembiasaan rutin yaitu Sholat Dhuha, hafalan Asmaul Husna, Nadzom Aqoid Seket dan Juzz ‘Amma / Do’a Harian di masjid Al Ikhlas sebelah kanan madrasah.
Selesai pembiasaan, langsung menuju ke rumah Kadus Gunung Bakal Bapak Kyai Ahmad Jadin dengan berjalan kaki kurang lebih 1 km dan disambut dengan baik. Maksud dan tujuan kami sowan selain silaturohim, ingin mengenal lebih dalam ke’arifan lokal yang tetap terjaga sejak dulu hingga sekarang yaitu tradisi Gunungan Lentheng Maulid Nabi Muhammad seuai tema P5RA Ke’arifan Lokal, kata Kepala Madrasah.
Berdasarkan wawancara dengan Bapak Kyai Ahmad Jadin, tradisi gunungan lentheng merupakan suatu kegiatan yang diadakan setiap tahun sekali sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang melimpah.
Sebelum munculnya tradisi gunungan lentheng ini datang seorang Simbah Raden Sayid Abdulloh dari Keraton Yogyakarta. Beliau sebagai cikal bakal Tradisi Gunungan Lenteng di Gunung Bakal Sumberarum Tempuran sekitar tahun 1700an. Pertama kali Simbah Raden Sayid Abdulloh datang ke Desa Sumberarum Tempuran, namun desa tersebut belum diberi nama dan masih berupa lahan kosong. Sehingga beliau dikenal sebagai pendiri desa yang dinamai dengan Gunung Bakal.
Dengan datangnya beliau ke desa ini untuk menyiarkan Agama Islam. Waktu itu masyarakat masih menganut paham kejawen (kepercayaan jawa) dengan mengikuti tradisi Hindu Budha. Ketika masyarakat menjelang panen hasil panen itu disaji, akan tetapi hal itu diubah dengan pembuatan sedekah gunungan hasil bumi, buah buahan dan juga kerupuk Lentheng yang diadakan setiap 12 Rabiul Awal yang bertepatan dengan hari lahir Nabi Muhammad SAW.
"Bahan utama lentheng adalah beras ketan yang mengandung makna perekat silaturahmi antar warga. Proses pembuatan masih sama dan selalu untuk digelar setiap tahun agar terhindar dari pagebluk atau petaka,"katanya.
Beliau mengungkapkan Lentheng hasil buatan warga Gunung Bakal dijamin enak dan tahan lama meski tanpa pengawet. Hal itu karena semua proses pembuatan masih dilakukan secara manual seperti menggiling beras ketan menggunakan kayu buah kokosan dan gedebhog pisang, lalu dijemur selama 2 hari. Semua itu sesuai yang diajarkan Simbah Raden Sayid Abdulloh, seorang penyebar Ajaran Islam.
Prosesi Gunungan Lentheng ini dimulai dengan bacaan al barzanji dan berdoa bersama dipimpin oleh Bapak Kyai Ahmad Jadin, dilanjutkan dengan pengajian di masjid Baiturrohim serta diakhiri dengan pembagian gunungan lentheng yang terdapat didalam masjid.
Namun masyarakat setempat juga membagikan lentheng yang sudah dibuat dan tidak dibentuk gunungan untuk dibagikan oleh saudara atau pengunjung yang datang sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas rezeki dan keselamatan. Dalam tradisi ini setiap pintu rumah warga Gunung Bakal terbuka bagi setiap tamu saudara yang berkunjung. Sebagai suguhan jamuan dan buah tangan, sang pemilik rumah telah menyediakan kerupuk lenteng dan rengginang Setiap rumah biasanya membuat lentheng tersebut hingga sekitar 10-15 kg.
Susunan Acara Pengajian sama dengan pengajian pada umumnya yaitu: pembukaan, pembacaan ayat suci al quran, tahlil, sambutan wakil panitia & wakil masyarakat, forkompimcam/Pemda Kab. Magelang, Mauidzoh Khasanah dan doa/penutup. Adapun mauidzhoh khasanah besok Senin 12 Robiul Awal 1446 H / 16 September 2024 M Bapak KH. Toha Mansur, Rois Syuriyah PCNU Kab. Magelang.
Menurut beliau, tradisi berusia ratusan tahun ini selalu dipadati ribuan pengunjung dan sudah masuk di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang.
Jika Anda memiliki pertanyaan atau ingin mengetahui lebih lanjut tentang desa kami, jangan ragu untuk menghubungi kami melalui form di bawah ini.